
Pengamat politik, Burhanuddin Muhtadi mengatakan, kasus penahanan dua  pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) non aktif Bibit Samad  Rianto dan Chandra M Hamzah dapat menurunkan popularitas Susilo Bambang  Yudhoyono di kalangan masyarakat. "Berdasarkan survei yang dilakukan  Lembaga Survei Indonesia (LSI) sebelumnya, kasus KPK versus Polisi  terbukti menurunkan ’rating’ (peringkat) kepuasan publik terhadap  kinerja SBY di bidang pemberantasan korupsi dan penegakkan hukum," kata  peneliti senior LSI itu, di Jakarta, Jumat.
Namun, Burhanuddin  mengakui, pihaknya memang belum mengadakan survei lebih lanjut untuk  mengetahui jika memang benar kasus Bibit-Chandra tersebut akan  memengaruhi popularitas SBY. Menurut dia, hasil survei atas kasus KPK  versus Polisi tersebut cukup dapat menjadi acuan dalam melihat  kemungkinan tersebut karena kedua hal tersebutlah yang menjadi andalan  pemerintahan SBY. "Untuk itu, SBY harus mengembalikan reputasi dan  komitmennya dalam pemberantasan korupsi dengan membentuk tim independen  untuk menyelidiki kasus yang melibatkan KPK, polisi, dan Kejaksaan  Agung," ujar pengamat politik dari Universitas Paramadina tersebut.  Bagaimanapun, lanjutnya, polri dan jaksa agung memiliki konflik  kepentingan dalam mengusut KPK dan kedua institusi itu secara struktural  bertanggung jawab kepada presiden. Ia menilai, jika pemerintah  membiarkan KPK, polri, dan jaksa agung sebagai institusi penegak hukum  yang saling ’gigit’, hal tersebut justru akan menebalkan pesimisme  publik terhadap agenda pemberantasan korupsi di bawah pemerintahan SBY.  Pada tanggal 15 November mendatang, tambahnya, LSI akan melakukan survei  terkait masalah tersebut dengan menggunakan 2.550 responden di 33  provinsi. 
sumber:nasional.kompas.com 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
