
Istilah  cuci otak menjadi perbincangan seiring pemberitaan tentang Negara Islam  Indonesia yang menghangat belakangan ini. Mekanisme ini juga  disebut-sebut sebagai cara teroris merekrut anggotanya untuk melakukan  tindakan tak rasional.  Mekanisme itu sebagai bagian dari ilmu kognitif  terapi. “Ilmu ini mempelajari tentang pembelajaran yang salah sehingga  tercipta suatu personality atau perilaku yang salah,”ujar Dr Dr Surjo  Dharmono Sp.KJ (K). Ada beberapa tipe manusia yang mudah terpengaruh  mekanisme cuci otak. Mereka umumnya memiliki ciri kepribadian yang labil  dan rentan mengalami gangguan jiwa. 
Sementara tipe manusia dengan  kepribadian yang stabil dan dewasa, tidak akan mudah masuk dan  terjerumus dengan tindakan cuci otak. Jika terlanjur masuk pun, mereka  yang memiliki kepribadian stabil, akan mudah keluar. Namun, bagi mereka  dengan kepribadian labil akan mudah terpengaruh dan sulit untuk keluar.  Bahkan bisa timbul keinginan bunuh diri karena perasaan yang kacau  akibat adanya paksaan dan tekanan. Mekanisme cuci otak sering digunakan  ajaran tertentu untuk memperluas jaringan. Caranya dengan membatasi  informasi si target, tidak boleh terima informasi dari luar. Dan,  biasanya ada kepatuhan mutlak pada pimpinan.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
